Kamis, 04 Juni 2015

Sejarah Kedatangan dan Perkembangan Agama Hindu-Budha di Indonesia



A.   Sejarah Kedatangan dan Perkembangan Agama Hindu-Budha di Indonesia

Di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya di anggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik dengan Negara-negara tetangga lainnya. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lintas laut yang di lalui India-Cina adalah Selat Malaka. Dan Indonesia terletak di dua jalur benua dan dua samudera, serta berada di dekat selat malaka.

A.    Proses masuknya Agama Hindu-Budha ke Indonesia

Peta jalur perdagangan Laut Asia Tenggara Agama Hindu-Budha berasal dari India, yang kemudian menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang letaknya setrategis.
Pada awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi beralih ke jalur laut sehingga secara tidak langsung perdagangan Cina dan India melewati Selat Malaka, oleh karena itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut, maka terjadilah hubungan antara Indonesia dengan India dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab budaya India ataupun Cina masuk ke Indonesia.

Keterlibatan bangsa Indonesia dalam perdagangan dan pelayaran internasional tersebut menyebabkan timbulnya percampuran budaya. Misalnya saja India Negara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia yaitu dalam bentuk kebudayaan hindu  .

peta jalur masuk dan berkembangnya agama dan kepercayaan Hindu-Buddha pada sekitar abad ke-2 sampai dengan 5 Masehi . Agama dan Budaya Hindu-Budha dibawa ke Indonesia oleh para pedagang dan pendeta dari India atau Cina, masuk ke Indonesiamengikuti dua jalur.


a.       Melalui jalur laut
Para penyebar agama dan budaya Hindu_Buddha yang menggunakan jalur laut dating ke Indonesia mengikuti rombongan kapal-kapalpara pedagang yang biasaPara penyebar agama dan budaya Hindu_Buddha yang menggunakan jalur laut dating ke Indonesia mengikuti rombongan kapal-kapalpara pedagang yang biasa beraktivitas pada jalur India-Cina. Rute perjalanan para penyebar agama dan budaya Hindu Buddha, yaitu dari India menuju Myanmar, Thailand, Semenanjng Melayu, kemudian ke Nusantara. Sementara itu, dari semenanjung Malaya ada yang terus ke Kamboja, Vietnam, Cina, Korea dan Jepang. Di antara mereka ada yang langsung dari India menuju Indonesia dengan memanfaatkan angin muson barat.

b.      Melalui Jalur Barat
Para penyebar agama dan budaya Hindu-Budha yang menggunakan jalur darat mengikuti para pedagang melalui jalur Sutra, dari India ke Tibet terus ke utara sampai dengan Cina, Korea dan Jepang. Ada juga yang melakukan perjalanan dari India utara menuju Bangladesh, Myanmar, Semenanjung Malaya kemudian berlayar menuju ke Indonesia.
  
B.   Teori-Teori Masuknya Hindu-Budha ke Indonesia
                       
Teori tentang masuknya kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua pendangan. Pendapat pertama menentukan pada peran aktif dari orang – orang India dalam menyebarkan Hindu-Buddha (Teori Waisya, teori ksatria, dan teori Brahmana. Pendapat keduan mengemukakan peran aktif orang-orang Indonesia dalam menyebarkan agama Hindu-Buddha di Indonesia (Teori arus balik).

1.      Teori Waisya
Teori Waisya dikemukan oleh NJ. Krom yang menyatakan bahwa golongan Waisya (pedagang) merupakan golongan terbesar yang berperan penting dalam menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha. Para pedagang yang sudah dahulu mengenal Hindu-Budha dating ke Indonesia selain untuk berdagang mereka juga memperkenalkan Hindu-Budha kepada masyarakat Indonesia. Karena pelayanan dan perdagangan waktu itu bergantung pada angin musim, maka dalam waktu tertentu meraka menetapkan di Indonesia jika angin musim tidak memungkinkan untuk kembali. Selama para pedagang India tesebut tinggal menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Dari sinilah pengaruh kebudayaan India menyebar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
2.      Teori Ksatria
Teori Ksatria berpendaoat bahwa penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang di lakukan oleh golongan ksatria. Pendukung teori ksatria yaitu :
a.       C.C Breg menjelaskan bahwa golongan ksatria turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Pra ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok satu kelompok atau suku Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada diantara mereka yang di nikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang di bantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hndu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.
b.      Mookerji mengatakan bahwa golongan ksatria dari indialah yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah kerajaan.
c.       J.L Moens  bahwa proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 ada kaitannya dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.



3.      Teori Brahmana
Teori ini di kemukakan oleh Jc. Van Leur yang menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Budha yang datang ke Indonesia di bawa oleh golongan Brahmana ( golongan agama) yang sengaja diundang oleh pemguasa Indonesia. Pendapatnya di dasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Di India bahasa itu hanya di gunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.
Teori mempertegas bahwa hanya ksatria Brahmana yang memahami ajaran Hindu secara utuh dan benar. Para Brahmanalah yang mempunyai hak dan mampu membaca kitab Weda ( kitab suci agama Hindu) sehingga penyebaran agama Hindu ke Indonesia hanya
dapat dilakukan oleh golongan Brahmana.
4.      Teori Arus Balik
Teori ini di indonemukakan oleh F.D.K Bosch yang menjelaskan peran aktif orang-orang Indonesia dalam penyebaran kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Menurut Bosch, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah orang-orang India yang memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Budha. Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya. Pada perkembangan selanjutnya, banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Budha di India. Sekembalinya di Indonesia, merekalah yang mengajarkannya pada masyarakat Indonesia yang lain.[1]

C.    Pengertian Hindu Dharma dan Budha Dharma

Hindu Dharma ialah suatu sebutan untuk umat Hindu yang ada di Indonesia. Hindu Dharma berkembang dikalangan orang Bali, sekitar 95% dari jumlah penduduk bali menganut kepercayaan Hindu Dharma. Agama Hindu di Bali merupakan campuran antara Hindu dan kepercayaan penduduk setempat, yakni agama Thirta. Sehingga terbentuklah ajaran Hindu Dharma di Bali yang lebih dilandasi oleh adat dan tradisi.[2]

b. Pengertian Budha Dharma

Dharma adalah Ajaran yang dibabarkan oleh Hyang Buddha setelah Beliau mencapai penerangan sempurna. Selama 49 tahun (menurut catatan Theravada 45 tahun), yaitu mengenai Rahasia kesunyataan hidup manusia dan alam semesta, yang tercatat dalam kitab suci agama Budha.
Kitab suci Agama Buddha disebut Tri Pitaka yang diartikan 3 keranjang yang terdiri dari tiga bagian yaitu:
1.      Sutra pitaka (berisi Ajaran Hyang Buddha).
2.      Vinaya Pitaka (berisi peraturan-peraturan).
3.      Sastra Pitaka (risalah/komentar).

Pada mulanya Tri Pitaka ditulis diatasa daun lontar dan diletakkan di dalam 3 buah keranjang. Kemudian kurang lebih 400 tahun setelah Hyang Buddha parinirvana, barulah Tri Pitaka baru disajikan dalam bentuk tulisan.
Sebelum dituliskan Ajaran Buddha dihafalkan berupa kanon pada setiap upacara, baik dalam bahasa pali maupun dalam bahasa sansekerta. Pembaca Dharma pada konsili pertama dilakukan oleh Arhat Ananda, dan Vinaya dibacakan oleh Arhat Upali. Untuk selanjutnya Dharma dan Vinaya dihafalkan oleh Bhiksu-Bhiksusenior yang ahli dibidangkan dengan demikian keaslian dan kemurnian Ajaran Hyang Buddha tetap dapat dipertahankan.

D.    Persamaan Hindu dan Budha :

a.  Sama-sama tumbuh dan berkembang di India
b.  Selalu berusaha untuk meletakkan dasar-dasar ajaran kebenaran dalam kehidupan manusia di dunia ini. Diarahkan pada tindakan-tindakan yang dibenarkan oleh agama.
c. Tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari rasa kegelapan/ mengantarkan umat manusia untuk dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu kesempurnaan.[3]

Perbedaan Hindu dan Budha :

HINDU
BUDHA
Muncul sebagai perpaduan budaya bangsa Aria dan bangsa Dravida
Muncul sebagai hasil pemikiran dan pencerahan yang diperoleh Sidharta dalam rangka mencari jalan lain menuju kesempurnaan(nirwana)
Kitab sucinya, WEDA
Kitab Sucinya, TRIPITAKA
Mengakui 3 dewa tertinggi yang disebut Trimurti
Mengakui Sidharta Gautama sebagai guru besar/ pemimpin agama Budha
Kehidupan masyarakat dikelompokkan menjadi 4 golongan yang disebut Kasta (kedudukan seseorang dalam masyarakat diterima secara turun-temurun/didasarkan pada keturunan).
Tidak diakui adanya kasta dan memandang kedudukan seseorang dalam masyarakat adalah sama.
Adanya pembedaan harkat dan martabat/hak dan kewajiban seseorang
Tidak mengenal pembagian hak antara pria dan wanita
Agama Hindu hanya dapat dipelajari oleh kaum pendeta/Brahmana dan disebarkan/ diajarkan pada golongan tertentu sehingga sering disebut agamanya kaum brahmana.
Agama Budha dapat dipelajari dan diterima oleh semua orang tanpa memandang kasta
Agama Hindu hanya bisa dipelajari dengan menggunakan bahasa Sansekerta
Agama Budha disebarkan pada rakyat dengan menggunakan bahasa rakyat sehari-hari, seperti bahasa Prakrit
Kesempurnaan (Nirwana) hanya dapat dicapai dengan bantuan/bimbingan pendeta
Setiap orang dapat mencapai kesempurnaan dengan usaha sendiri yaitu dengan meditasi
Seorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu sehingga kehidupan telah ditentukan sejak lahir.
Kehidupannya ditentukan oleh darma baik yang berhasil dilakukan semasa hidup
Mengenal adanya kelahiran kembali setelah kematian (reinkarnasi)
Tidak menenal reinkarnasi tetapi mengenal karma
Dibenarkan untuk mengadakan upacara korban
Tidak dibenarkan mengadakan upacara korban


[1] Hadiwijono Harun, PT BPK Gunumg Mulia 2009: Jakarta cet-16

[2] (Sumber: Tony Tedjo, Mengenal Agama Hindu, Buddha, Khong Hucu, (Pionir Jaya, Bandung: 2011). Hal: 44-45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar