Ajaran Buddha Dharma Tentang manusia
dan Alam
A.
Penciptaan
Manusia
Vasettha,
terdapat suatu saat, cepat atau lambat, setelah suatu masa yang lama sekali,
ketika dunia ini hancur. Dan ketika hal ini terjadi, umumnya mahluk-mahluk
terlahir kembali di Abhassara (alam cahaya); di sana mereka hidup dari ciptaan
batin (mano maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya,
melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Mereka hidup demikian dalam
masa yang lama sekali.
Pada waktu itu (bumi kita ini) semuanya terdiri dari air, gelap gulita. Tidak ada matahari atau bulan yang nampak, tidak ada bintang-bintang maupun konstelasi-konstelasi yang kelihatan; siang maupun malam belum ada, ..... laki-laki maupun wanita belum ada. Mahluk-mahluk hanya dikenal sebagai mahluk-mahluk saja.
Vasettha, cepat atau lambat setelah suatu masa yang lama sekali bagi mahluk-mahluk tersebut, tanah dengan sarinya muncul keluar dari dalam air.
Sama seperti bentuk-bentuk buih (busa) di permukaan nasi susu masak yang mendingin, demikianlah munculnya tanah itu. Tanah itu memiliki warna, bau dan rasa. Sama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warna tanah itu; sama seperti madu tawon murni, demikianlah manis tanah itu. Kemudian Vasettha, di antara mahluk-mahluk yang memiliki sifat serakah (lolajatiko) berkata : 'O apakah ini? Dan mencicipi sari tanah itu dengan jarinya.
Pada waktu itu (bumi kita ini) semuanya terdiri dari air, gelap gulita. Tidak ada matahari atau bulan yang nampak, tidak ada bintang-bintang maupun konstelasi-konstelasi yang kelihatan; siang maupun malam belum ada, ..... laki-laki maupun wanita belum ada. Mahluk-mahluk hanya dikenal sebagai mahluk-mahluk saja.
Vasettha, cepat atau lambat setelah suatu masa yang lama sekali bagi mahluk-mahluk tersebut, tanah dengan sarinya muncul keluar dari dalam air.
Sama seperti bentuk-bentuk buih (busa) di permukaan nasi susu masak yang mendingin, demikianlah munculnya tanah itu. Tanah itu memiliki warna, bau dan rasa. Sama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warna tanah itu; sama seperti madu tawon murni, demikianlah manis tanah itu. Kemudian Vasettha, di antara mahluk-mahluk yang memiliki sifat serakah (lolajatiko) berkata : 'O apakah ini? Dan mencicipi sari tanah itu dengan jarinya.
Dengan mencicipinya, maka ia diliputi oleh sari itu, dan nafsu keinginan masuk dalam dirinya. Mahluk-mahluk lainnya mengikuti contoh perbuatannya, mencicipi sari tanah itu dengan jari-jari, mahluk-mahluk itu mulai makan sari tanah, memecahkan gumpalan-gumpalan sari tanah tersebut dengan tangan mereka.
Dan dengan melakukan hal ini, cahaya tubuh mahluk-mahluk itu lenyap.
Dengan lenyapnya cahaya tubuh mereka, maka matahari, bulan, bintang-bintang dan konstelasi-konstelasi. Nampak siang dan malam terjadi. Demikianlah Vasetthaitu.
Vasettha, selanjutnya
mahluk-mahluk itu menikmati sari tanah, memakannya, hidup dengannya, dan
berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang
mereka makan itu, maka tubuh mereka menjadi padat, dan terwujudlah berbagai
macam bentuk tubuh. Sebagian mahluk memiliki bentuk tubuh yang indah dan
sebagian mahluk memiliki tubuh yang buruk.
Dan karena keadaan ini,
mereka yang memiliki bentuk tubuh yang indah memandang rendah mereka yang
memiliki bentuk tubuh yang buruk maka sari tanah itupun lenyap ketika sari
tanah lenyap muncullah tumbuhan dari tanah (bhumipappatiko). Cara tumbuhnya
seperti cendawan. menikmati,
mendapatkan makanan, hidup dengan tumbuhan yang muncul dari tanah tersebut, dan
hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali, (seperti di atas).
Sementara mereka bangga
akan keindahan diri mereka, mereka menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan
yang muncul dari tanah itu pun lenyap. Selanjutnya tumbuhan menjalar (badalata)
muncul warnanya seperti dadi susu atau mentega murni, manisnya seperti madu
tawon murni. Mereka
menikmati, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan menjalar itu, maka tubuh mereka menjadi lebih padat; dan perbedaan
bentuk tubuh mereka nampak lebih jelas; sebagian nampak indah
dan sebagian Nampak buruk.
Dan karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh buruk. Sementara mereka bangga akan keindahan tubuh mereka sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan menjalar itu pun lenyap.
Dan karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh buruk. Sementara mereka bangga akan keindahan tubuh mereka sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan menjalar itu pun lenyap.
Kemudian, Vasettha, ketika tumbuhan menjalar lenyap muncullah tumbuhan padi (sali) yang masak di alam terbuka, tanpa dedak dan sekam, harum, dengan bulir-bulir yang bersih. Pada sore hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan malam, pada keesokkan paginya padi itu telah tumbuh dan masak kembali. Bila pada pagi hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan siang, maka pada sore hari padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali, demikian terus menerus padi itu muncul.
Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati padi (masak) dari alam terbuka, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan padi tersebut, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka tumbuh lebih padat, dan perbedaan bentuk mereka nampak lebih jelas. Bagi wanita nampak jelas kewanitaannya (itthilinga) dan bagi laki-laki Nampak jelas kelaki-lakiannya (purisalinga).
Kemudian wanita sangat memperhatikan tentang keadaan laki-laki, dan laki-laki pun sangat memperhatikan keadaan wanita. Karena mereka saling memperhatikan keadaan diri satu sama lain terlalu banyak, maka timbullah nafsu indriya yang membakar tubuh mereka. Dan sebagai akibat adanya nafsu indriya tersebut, mereka melakukan hubungan kelamin.
Vasettha, ketika mahluk-mahluk lain melihat mereka melakukan hubungan kelamin
Khotbah
Sang Buddha tersebut ternyata senada dengan pendapat para ilmuwan modern, bahwa
pada awal-mulanya, permukaan bumi ini tertutup oleh air. Merujuk pada khotbah tersebut,
Sang Buddha tidak menyatakan bahwa matahari dan bintang-bintang belum ada atau
tercipta setelah bumi. Yang dinyatakan Sang Buddha adalah, bahwa matahari dan
bintang-bintang belumlah nampak, atau dengan kata lain ada sesuatu yang lain
yang menghalangi penampakan mereka. Bisa diartikan, yang menghalangi
terlihatnya cahaya matahari dan bintang-bintang adalah karena makhluk-makhluk
yang ada waktu itu semuanya adalah makhluk cahaya, yang memancarkan sinar
kemilau yang megah, yang karenanya menutupi sinar matahari, bulan dan bintang.
Makhluk hidup yang ada pertama kali adalah “aseksual”, tidak berjenis kelamin,
tidak ada laki-laki, tidak ada perempuan. Hal ini senada dengan temuan para
ilmuwan modern.
B. penciptaan Alam
B. penciptaan Alam
Alam semesta secara
berkesinambungan berubah dari suatu keadaan yang lain, terbentuk dan hancur
lalu terbentuk lagi, suatu proses tanpa awal dan akhir. Selalu berproses muncul
lenyap muncul lenyap dan seterusnya. Dalam ajaran Budha manusia atau alam tidak
di ciptakan oleh Tuhan atau Dewa atau siapapun. Dan kehidupan tidak di tentukan
atau di atur oleh sesuatu (Dewa, Tuhan, Buddha atau siapapun).
C.
Hubungan Manusia dan Alam
Alam
adalah tempat kita tinggal, alam adalah tempat dimana kita mendapatkan makanan,
alam adalah dimana kita dapat menghirup udara segar dan juga alam pula yang
memberikan kita kehidupan dan segala apa ynag kita butuhkan. Maka dari itu
manusia harus menjaga dan tidak merusak alam serta membuat alam tidak
bersahabat lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar