Ajaran Budha Dharma tentang Etika
A.
Pengertian
Sila
Sila
adalah etika atau moral yang di lakukan berdasarkan cetana atau kehendak. Etika
berasal dari bahasa Yunani Faith Ethos, yang artinya kebiasaan atau adat. Oleh
karena itu etika sering dijelaskan sebagai moral. Dalam pandangan Buddhi, sila
memiliki banyak aerti, antara lain : Norma, peraturan, perintah, sikap,
keadaan, perilaku, sopan santun, dan sebagainya.
Etika
dikenal juga sebagai studi tentang prinsip-prinsip perilaku yang baik dan yang
buruk. Dalam hal ini etika dikenal dengan filsafat moral yang bertujuan untuk
mempelajari fakta pengalaman manusia yang mampu membedakan antara yang benar
dan yang salah, yang baik dan yang buruk, dan hukumnya wajib untuk dilaksanakan
bagi seluruh umat manusia. Hal ini karena manusia dihadapkan pada dua pilihan
mengenai tindakan yang seharusnya dan tidak sepantasnya dilakukan, yang boleh
dan yang tidak boleh.
Dalam
khotbah tersebut dijelaskan tentang jalan menuju lenyapnya dhukka yang
dinamakan jalan tengah. Dalam jalan tengah sila memiliki kelompok ucapan benar,
perbuatan benar dan matapencaharian benar. Dengan memiliki agama merupakan
langkak awal yang sangat penting untuk mencapai kehidupan yang luhur, hal
tersebut disampaikan dalam kitab Samyutta Nikaya V, 143, antara lain : “apakah
permulaan dari batin yang luhur? Sila yang sempurna”
Umat
Buddha memiliki 5 dasar moralitas yang disebut sebagai Panca Sila (bahasa pali)
yang artinya 5 dasar moralitas. Yaitu :
1. sila
pertama adalah menghindari pembunuhan atau menyakiti segala bentuk kehidupan.
2. Sila
kedua adalah menghindari pencurian atau mengambil hak yang diberikan.
3. Sila
ketiga adalah menghindari tindakan asusila (penyelewengan seksual).
4. Sila
keempat adalah menghindari dirir dari berbohomg dan berkata yang tidak benar
(berkata kasar, fitnah, dll).
5. Sila
kelima adalah menghindari diri dari penggunaan bahan-bahan yang dapat
menyebabkan melemahnya atau berkurangnya kesadaran/ketagihan.
Dalam Maha
Parinibbana Sutta, sang Buddha bersabda kepada Gharavasa tentang faedah sila,
sebagai berikut :
“sila menyebabkan seseorang memiliki banyak
kekayaan nama dan kemasyuran akan tersebar luas, dia menghadiri semua pertemuan
tanpa takut dan keragu-raguan karena ia menyadari bahwa ia tidak akan di cela
atau didakwa orang banyak, sewaktu meninggal dunia hatinya tentram, akan
terlahir disuatu tempat yang membahagiakan”.
Dalam Nigha
Nikkaya (ll, 69-70). Sang Buddha bersabda kepada para Bikku sebagai berikut :
“jika seorang Biku ingin dicintai dan
dihormati oleh sesama Bikku dia harus menjalankan sila”
Kutipan-kutipan
tersebut merupakan sebagian kecil tentang faedah sila yang dijabarkan oleh sang
Buddha sendiri. Sila adalah dasar penghidupan yang jujur dan merupakan tangga
untuk mencapai surge. Oleh karena itu, cirri sila juga sebagai jalan untuk
menvapai Nibbana. Sila dari seseorang dikatakan tidak bersih apabial sila itu
tela dilanggar oleh perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan sila itu
sendiri. Bagaimanapun terjadinya pelanggaran itu. Godaan adalah akar dari
pelanggaran sila sehingga sila itu menjadi tidak bersih.
B.
Macam-macam
Sila
1.
Sila menurut jenisnya ada 2 macam :
a. Pakati
Sila artinya sila alamiah (sila yang tidak dibuat oleh manusia). Contohnya
hukum tertib kosmis (utu, bija, kamma, dhamma, cotta niyama).
b. Panati
Sila adalah sila yang dibuat oleh manusia berdasarkan kesepakatan atas dasar
tujuan tertentu. Contoh : peraturan kebikkuan, adat istiadat, peraturan Negara,
dll.
2.
Sila
menurut pelaksanaannya terdiri dari 3 macam, yaitu :
a. Sikkapada
sila yaitu melakukan latihan pengendalian diri.
b. Carita
Sila yaitu sila dalam aspek positive (mengembangkan 10 perbuatan baik).
c. Varita
Sila yaitu sila dalam aspek negative (10 karma buruk).
3.
Sila
menurut jumlah latihannya terdiri dari 3 macam yaitu :
a. Cula
Sila adalah cara pengendalian diri dari segala perbuatan dan ucapan yang tidak
baik. Disebut Cula Sila karena jumlah sila tersebut paling sedikit, yaitu 5
sila yang dijalankan oleh umat Buddha biasa atau di Upasika.
b. Majjhima
Sila adalah sila yang sedang dalam jumlah peraturan . sila ini terdiri dari 10
latihan (dasasila) dilaksanakan oleh samanera.
c. Maha
Sila adalah sila yang banyak/berat dalam jumlah peraturan. Sila ini disebut
patimokkasila dilaksanakan oleh para Bikku berjumlah 227 latihan dan Bikkuni
berjumlah 311 latihan.
4.
Sila
menurut jemis orang yang melaksanakan terdiri dari 3 macam, yaitu :
a. Sila
upasaka-upasika adalah panca Silva Buddhis. Bila kelima sila ini dilaksanakan
sungguh-sungguh maka memiliki 5 macam kekayaan, 1. Keyakinan terhadap triratna
dan diri sendiri, 2. Kemurnian sila dan pelaksanaannya, 3. Keyakinan terhadap
hukum karma, 4. Mencari kebaikan didalam damma, 5. Berbuat baik sesuai damma.
b. Sila
back samanera-samaneri adalah majjhima sila (sila menengah). Untuk aliran
Theravada menjalankan 10 sila dan 75 sekhiya. Untuk aliran Mahayana melasanakan
10 sila dan 100 siksakaranya.
c. Sila
para bikkhu dan bikkhuni disebut patimokhasila atau panita sila (sila yang
tinggi). Sila bagi bikkhu Theravada berjumlah 227 sila, bikkhuni 311 Silva.
Khusus bagi para Sila bikkhuni Theravada telah dihapuskan sejak tahun 1257 m
karena dalam aliran Theravada tidak ada lagi sangha bikkhuni. Sila bagi bikkhu
Mahayana berjumlah 250 sila dan bikku 348 sila.
C.
Catur Paramitha dan Catur mara
Kata
catur paramitha berasal dari bahasa sansekerta, dari kata “catur”yang berarti
empat dan “paramita” bersifat dan sikap utama. Catur paramita berarti empat
macam sifat dan sikap utama yang patut dijadikan landasan bersusila. Catur
paramita merupakan salah satu dari landasan atau pedoman untuk melaksanakan
ajaran susila atau etika dalam ajaran agama Hindu dan Budha.
Pengertian
catur paramita yaitu didalam diri manusia terdapat sifat-sifat ketuhanan, yang
disebut paramita yaitu dalam batinnya merupakan segala sumber perbuatan baik
yang tercetus pada pikiran, ucapan dan badan. Karena itu kita harus bisa
mengembangkan paramita itu demi kebahagiaan, ketenangan, dan kegembiraan hidup
kita.
1. Bagian
dalam Catue Paramita antara lain
a.
Matri
Artinya
senang mencari kawan dan bergaul, yakni
tau menempatkan diri dalam masyarakat, ramah tamah, serta menarik hati segala
perilakunya sehingga menyenangkan orang lain dalam diri pribadinya. Until
berbuat Matri, Kits jangan melakukan /atau berbuat bencana yang bersifat maut
(antara kabhaya) atau jangan membenci.
b.
Karuna
Artinya
belas kasihan, maksudnya adalah selalu memupuk rasa kasih sayang terhadap semua
makhluk. Untuk berbuat karuna, maka pantangan melakukan perbuatan yang
menyebabkan terjadinya penderitaan, siksaan, kesengsaraan, atau jangan bengis.
c.
Mudita
Artinya
selau memperlihatkan wajah yang riang gembira, yang penuh simpatisan terhadap
yang baik serta sopann santun. Untuk dapat berubah mudita, maka jangan
melakukan perbuatan yang dapat menyebabkan orang lain Susan atau jangan
memiliki rasa iri hati kepada orang lain.
d.
Upeksa
Artinya
senantiasa mengalah demi kebaikan, walaupun tersinggung perasaan oleh orang
lain, ia tetap tenang dan berusaha membalas kejahatan dengan kebaikan. Untuk
dapat berbuat Upeksa, maka pantang menghina orang lain, memandang rendah orang
lain, menindas orang lain, atau selalu dapat berusaha mengendalikan dorongan
hawa nafsu jahat
D.
Catur
Mara
Catur
mara adalah sifat-sifat setan/jahat dalam batin manusia dan ini merupakan
sumber dari perbuatan buruk, yang tercetus dalam pikiran, ucapan dan badan.
Apabila mara memasuki atau menguasi hidup kita, maka akan penuh dengan derita
atau dukka. Sifat mara dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : dosa, lobha (serakah),
moha (kegelisahan), issa (iri hati)
a. Dosa
Kebencian
yang menjadi akar dari perbuatan jahat dan akan lenyap bila di kembangkan
dengan metta.
b. Lobha
Ialah
serakah yang menjadi akar dari perbuatan jahat dan akan lenyap apabila
dikembangkan dengan karuna.
c. Issa
Ialah
iri hati perasaan tidak senang melihat makhluk lain berbahagia, yang menjadi
akar dari perbuatan jahat, dan akan lenyap apabila dikembangkan dengan mudhita.
d. Moha
Ialah
kegelisahan batin sebagai akibat dari perbuatan dosa, lobha da issa. Akan
lenyap apabila dikembangkan dengan upkheka. Moha berarti kebodohan dan
kurangnya pengertian. Selain tu moha juga disebut Avijja yaitu ketidaktahuan, atau Annana yaitu
tidak berpengetahua, atau adassana yaitu tidak melihat.
E.
Hubungan
Sila dan Catur Paramita
Sebagaimana
yang telah dijelaskan tadi bahwa sila adalah etika dalam bersusila (beradab)
yang di bangun atas dasar konsepsi cinta kasih yang universal, dan belas
kasihan terhadap sesame. Konsep itu ada pada catur paramita yang tercetus pada
pikiran, ucapan dan badan. Selain kita harus bersusila, kita juga dituntut
untuk menuai kebahagiaan melalui catur paramita, yakni antara lain :
a.
Metta
Cinta
kasih universal yang menjadi akar dari perbuatan baik. Bila ini di kembangkan
dosa akan tertekan.
b.
Karuna
Kasih
sayang universal, karena melihat segala sesuatu kesengsaraan, yang menjadi akar
perbuatan baik. Bila ini dikembangkan lobha akan tertekan.
c.
Mudhita
Ialah
perasaan bahagia universal, karena melihat makhluk lain bergembira, yang
menjadi akar perbuatan baik. Jika ini dikembangkan maka issa akan tertekan.
d.
Upekha
Ialah
keseimbangan batin universal, sebagai hasil dari pelaksanaan metta, mudhita,
karina, dan upekha, juga merupakan akar dari perbuatan baik. Bila ini
dikembangkan maka moha akan tertekan, bahkan akan lenyap.
Dalam
metta dan karuna adalah termasuk cinta kasih, suka bermurah hati, toleransi dan
sifat-sifat luhur lainnya dari sei emosi (perasaan) atau sifat-sifat yang
timbul dari hati. Sedangkan panna berhubungan dengan intelek (kecerdasan) atau
sifat-sifat yang timbul dari pemikiran.
Inilah
tujuan dari jalan kehidupan setiap umat Buddha yaitu dimana kebijaksanaan dan
cinta kasih atau belaskasihan meruakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Sila yang berdasarkan dari cinta kasih adalah meliputi tiga bagian dari delapan
ruas jalan uta, yaitu :
·
Ucapan benar
·
Perbuatan benar
·
Mata pencarian benar