Kamis, 21 Mei 2015

Ajaran Hindu Tentang Panca Yadnya


Ajaran Hindu Tentang Panca Yadnya

A.   Pengertian dan Tujuan Yadnya
Panca Yadnya adalah lima macam yadnya atau persembahan suci, panca berarti lima dan yadnya berarti persembahan suci, panca yadnya ini yaitu sebagai perlengkapan dari ajaran Bhakti Marga/ Bakti Yoga. Yadnya berasal dari bahasa sansekerta dari akar kata yaj yang artinya pemujaan, persembahan, kurban suci, upacara kurban dan lain sebagainya. Dalam BG Yadnya artinya sebagai suatu perbuatan yang dilakukan secara penuh keikhlasan dan kesadaran untuk melakukan persembahan kepada Tuhan.
Karena selain diri kita sendiri, alam semesta ini juga berada dalam pengaruh vibrasi energi kosmik yang bersifat triguna, sehingga tidak hanya manusia yang memiliki tingkatan-tingkatan spiritual, tapi alam sekitar lingkungan kita juga.
Ketika kita melakukan persembahan, vibrasi
sattvam yang muncul dari persembahan akan
mengurangi vibrasi unsure rajas-tamas di alam semesta ini.

Tujuan Ber-Yadnya
Manusia terlahir memiliki tiga macam hutang yaitu kepada Tuhan, kepada Leluhur dan kepada kedua orangtua, maka dari itu hendaknya ia menunjukkan pikirannya untuk mencapai kebebasan terakhir, ia mengejar kebebasan terakhir tanpa menyelesaikan akan tenggelam “artinya pikiran (manas) baru bisa ditujukan pada kelepasan setelah tiga hutang tersebut dibayar. Tiga hutang dalam bahasa sansekerta disebut Tri Rna. Dari Tri Rna ini tiga kesadaran berhutang menimbulkan pelaksanaannya yaitu Panca Yadnya.
Dilihat dari waktunya Panca Yadnya dibagi menjadi 2 yaitu :
a.     Nitya Karma, adalah yadnya yang dilakukan setiap hari.
b.      Naimitika yadnya adalah yadnya yang dilakukan pada hari tertentu.




B.   Macam-macam Yadnya
Upacara Panca Yadnya sendiri terdiri dari :
a.     Dewa Yadnya, persembahan suci kepada Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa dan para dewa sebagai manifestasi beliau. Dewa Yadnya biasanya dilakukan di pure, atau di tempat yang bersih, yang memiliki nilai kesucian. Tujuan dari Dewa Yadnya adalah menyampaikan rasa bhakti dan syukur kepada Sang Hyang Widhi atas segala anugerah-Nya.
Contoh-contoh dari pelaksanaan Dewa Yadnya antara lain :
1.     Sembahyang Tri Sandya
2.     Melaksanakan Yadnya Sesa
3.     Menghanturkan banten keadapan para dewa / Sang Hyang Widi
4.     Membersihkan dan merawat tempat suci
5.     Melaksanakan peresmbahyangan pada waktunya
b.     Rsi Yadnya, rasa hormat pada para resi atau guru, untuk menjaga kesejahteraannya. Rsi adalah orang-orang yang bijaksana dan berjiwa suci. Pendeta atau Sulingging atau guru juga dapat disebut orang suci karena beliau merupakan orang bijaksana yang memberikan kepada murid-muridnya.
Contoh-contoh pelaksanaannya :
1.     Mempelajari ilmu pengetahuan (adnyayanam)
2.     Melestarikan pusaka-pusaka suci, lontar-lontar, dan prasasti
3.     Hormat dan patuh kepada catur guru
4.     Meneruskan dan melaksanakan ajaran catur guru
c.      Manusia Yadnya, penyucian secara spiritual terhadap manusia.
Contoh-contoh pelaksanaannya
1.     Saling menghormati sesame manusia
2.     Saling menbantu antar sesama manusia
3.     Member sumbangan kepada yang membutuhkan
4.     Melaksanakan manusa yadnya
d.     Pitra Yadnya, persembahan pada leluhur atau kepada bhatara-bhatara yang bertujuan menyucikan roh-roh leluhur agar mendapat tempat yang lebih baik.
Contoh-contoh pelaksanaannya :
1.     Menjadi anak yang baik (suputra)
2.     Mengikuti nasehat orang tua
3.     Menjaga nama baik orang tua
4.     Berusaha meringankan beban orang tua
5.     Berusaha mewujudkan keinginan orang tua
e.      Bhuta Yadnya, persembahan untuk menjaga keseimbangan, keharmonisan, dan kelestarian alam semesta.

Contoh-contoh pelaksanaannya :
1.     Secara Niskala ( maya )
a.)  Nista ( tingktan rendah) : segehan
b.)  Madya (tingkatan sedang) : caru eka sat dan caru panca sata
c.)   Utama ( tingkatan tinggi/utama) : tawur agung kesanga, tawur agung panca wali karma, dan tawur agung eka dasa ludra
d.)  Merayakan  Rerahinan seperti : tumpek, anggara kasih, kajeng kliwon dll
2.     Secara skala ( nyata )
a.)  Menjaga dan merawat kebersihan lingkungan
b.)  Melakukan reboisasi
c.)   Tidak membuang sampah sembarangan


Ajaran Budha Dharma tentang Etika


Ajaran Budha Dharma tentang Etika
A.    Pengertian Sila

Sila adalah etika atau moral yang di lakukan berdasarkan cetana atau kehendak. Etika berasal dari bahasa Yunani Faith Ethos, yang artinya kebiasaan atau adat. Oleh karena itu etika sering dijelaskan sebagai moral. Dalam pandangan Buddhi, sila memiliki banyak aerti, antara lain : Norma, peraturan, perintah, sikap, keadaan, perilaku, sopan santun, dan sebagainya.
Etika dikenal juga sebagai studi tentang prinsip-prinsip perilaku yang baik dan yang buruk. Dalam hal ini etika dikenal dengan filsafat moral yang bertujuan untuk mempelajari fakta pengalaman manusia yang mampu membedakan antara yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, dan hukumnya wajib untuk dilaksanakan bagi seluruh umat manusia. Hal ini karena manusia dihadapkan pada dua pilihan mengenai tindakan yang seharusnya dan tidak sepantasnya dilakukan, yang boleh dan yang tidak boleh.
Dalam khotbah tersebut dijelaskan tentang jalan menuju lenyapnya dhukka yang dinamakan jalan tengah. Dalam jalan tengah sila memiliki kelompok ucapan benar, perbuatan benar dan matapencaharian benar. Dengan memiliki agama merupakan langkak awal yang sangat penting untuk mencapai kehidupan yang luhur, hal tersebut disampaikan dalam kitab Samyutta Nikaya V, 143, antara lain : “apakah permulaan dari batin yang luhur? Sila yang sempurna”
Umat Buddha memiliki 5 dasar moralitas yang disebut sebagai Panca Sila (bahasa pali) yang artinya 5 dasar moralitas. Yaitu :
1.      sila pertama adalah menghindari pembunuhan atau menyakiti segala bentuk kehidupan.
2.      Sila kedua adalah menghindari pencurian atau mengambil hak yang diberikan.
3.      Sila ketiga adalah menghindari tindakan asusila (penyelewengan seksual).
4.      Sila keempat adalah menghindari dirir dari berbohomg dan berkata yang tidak benar (berkata kasar, fitnah, dll).
5.      Sila kelima adalah menghindari diri dari penggunaan bahan-bahan yang dapat menyebabkan melemahnya atau berkurangnya kesadaran/ketagihan.

Dalam Maha Parinibbana Sutta, sang Buddha bersabda kepada Gharavasa tentang faedah sila, sebagai berikut :

sila menyebabkan seseorang memiliki banyak kekayaan nama dan kemasyuran akan tersebar luas, dia menghadiri semua pertemuan tanpa takut dan keragu-raguan karena ia menyadari bahwa ia tidak akan di cela atau didakwa orang banyak, sewaktu meninggal dunia hatinya tentram, akan terlahir disuatu tempat yang membahagiakan”.

Dalam Nigha Nikkaya (ll, 69-70). Sang Buddha bersabda kepada para Bikku sebagai berikut :

jika seorang Biku ingin dicintai dan dihormati oleh sesama Bikku dia harus menjalankan sila”

Kutipan-kutipan tersebut merupakan sebagian kecil tentang faedah sila yang dijabarkan oleh sang Buddha sendiri. Sila adalah dasar penghidupan yang jujur dan merupakan tangga untuk mencapai surge. Oleh karena itu, cirri sila juga sebagai jalan untuk menvapai Nibbana. Sila dari seseorang dikatakan tidak bersih apabial sila itu tela dilanggar oleh perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan sila itu sendiri. Bagaimanapun terjadinya pelanggaran itu. Godaan adalah akar dari pelanggaran sila sehingga sila itu menjadi tidak bersih.

B.     Macam-macam Sila

1.      Sila menurut jenisnya ada 2 macam :
a.       Pakati Sila artinya sila alamiah (sila yang tidak dibuat oleh manusia). Contohnya hukum tertib kosmis (utu, bija, kamma, dhamma, cotta niyama).
b.      Panati Sila adalah sila yang dibuat oleh manusia berdasarkan kesepakatan atas dasar tujuan tertentu. Contoh : peraturan kebikkuan, adat istiadat, peraturan Negara, dll.

2.      Sila menurut pelaksanaannya terdiri dari 3 macam, yaitu :
a.       Sikkapada sila yaitu melakukan latihan pengendalian diri.
b.      Carita Sila yaitu sila dalam aspek positive (mengembangkan 10 perbuatan                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   baik).
c.       Varita Sila yaitu sila dalam aspek negative (10 karma buruk).

3.      Sila menurut jumlah latihannya terdiri dari 3 macam yaitu :
a.       Cula Sila adalah cara pengendalian diri dari segala perbuatan dan ucapan yang tidak baik. Disebut Cula Sila karena jumlah sila tersebut paling sedikit, yaitu 5 sila yang dijalankan oleh umat Buddha biasa atau di Upasika.
b.      Majjhima Sila adalah sila yang sedang dalam jumlah peraturan . sila ini terdiri dari 10 latihan (dasasila) dilaksanakan oleh samanera.
c.       Maha Sila adalah sila yang banyak/berat dalam jumlah peraturan. Sila ini disebut patimokkasila dilaksanakan oleh para Bikku berjumlah 227 latihan dan Bikkuni berjumlah 311 latihan.

4.      Sila menurut jemis orang yang melaksanakan terdiri dari 3 macam, yaitu :
a.       Sila upasaka-upasika adalah panca Silva Buddhis. Bila kelima sila ini dilaksanakan sungguh-sungguh maka memiliki 5 macam kekayaan, 1. Keyakinan terhadap triratna dan diri sendiri, 2. Kemurnian sila dan pelaksanaannya, 3. Keyakinan terhadap hukum karma, 4. Mencari kebaikan didalam damma, 5. Berbuat baik sesuai damma.
b.      Sila back samanera-samaneri adalah majjhima sila (sila menengah). Untuk aliran Theravada menjalankan 10 sila dan 75 sekhiya. Untuk aliran Mahayana melasanakan 10 sila dan 100 siksakaranya.
c.       Sila para bikkhu dan bikkhuni disebut patimokhasila atau panita sila (sila yang tinggi). Sila bagi bikkhu Theravada berjumlah 227 sila, bikkhuni 311 Silva. Khusus bagi para Sila bikkhuni Theravada telah dihapuskan sejak tahun 1257 m karena dalam aliran Theravada tidak ada lagi sangha bikkhuni. Sila bagi bikkhu Mahayana berjumlah 250 sila dan bikku 348 sila.

C.     Catur Paramitha dan Catur mara
Kata catur paramitha berasal dari bahasa sansekerta, dari kata “catur”yang berarti empat dan “paramita” bersifat dan sikap utama. Catur paramita berarti empat macam sifat dan sikap utama yang patut dijadikan landasan bersusila. Catur paramita merupakan salah satu dari landasan atau pedoman untuk melaksanakan ajaran susila atau etika dalam ajaran agama Hindu dan Budha.
Pengertian catur paramita yaitu didalam diri manusia terdapat sifat-sifat ketuhanan, yang disebut paramita yaitu dalam batinnya merupakan segala sumber perbuatan baik yang tercetus pada pikiran, ucapan dan badan. Karena itu kita harus bisa mengembangkan paramita itu demi kebahagiaan, ketenangan, dan kegembiraan hidup kita.
1.      Bagian dalam Catue Paramita antara lain

a.       Matri
Artinya senang mencari kawan dan  bergaul, yakni tau menempatkan diri dalam masyarakat, ramah tamah, serta menarik hati segala perilakunya sehingga menyenangkan orang lain dalam diri pribadinya. Until berbuat Matri, Kits jangan melakukan /atau berbuat bencana yang bersifat maut (antara kabhaya) atau jangan membenci.

b.      Karuna
Artinya belas kasihan, maksudnya adalah selalu memupuk rasa kasih sayang terhadap semua makhluk. Untuk berbuat karuna, maka pantangan melakukan perbuatan yang menyebabkan terjadinya penderitaan, siksaan, kesengsaraan, atau jangan bengis.

c.       Mudita
Artinya selau memperlihatkan wajah yang riang gembira, yang penuh simpatisan terhadap yang baik serta sopann santun. Untuk dapat berubah mudita, maka jangan melakukan perbuatan yang dapat menyebabkan orang lain Susan atau jangan memiliki rasa iri hati kepada orang lain.

d.      Upeksa
Artinya senantiasa mengalah demi kebaikan, walaupun tersinggung perasaan oleh orang lain, ia tetap tenang dan berusaha membalas kejahatan dengan kebaikan. Untuk dapat berbuat Upeksa, maka pantang menghina orang lain, memandang rendah orang lain, menindas orang lain, atau selalu dapat berusaha mengendalikan dorongan hawa nafsu jahat

D.    Catur Mara
Catur mara adalah sifat-sifat setan/jahat dalam batin manusia dan ini merupakan sumber dari perbuatan buruk, yang tercetus dalam pikiran, ucapan dan badan. Apabila mara memasuki atau menguasi hidup kita, maka akan penuh dengan derita atau dukka. Sifat mara dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : dosa, lobha (serakah), moha (kegelisahan), issa (iri hati)

a.       Dosa
Kebencian yang menjadi akar dari perbuatan jahat dan akan lenyap bila di kembangkan dengan metta.
b.      Lobha
Ialah serakah yang menjadi akar dari perbuatan jahat dan akan lenyap apabila dikembangkan dengan karuna.
c.       Issa
Ialah iri hati perasaan tidak senang melihat makhluk lain berbahagia, yang menjadi akar dari perbuatan jahat, dan akan lenyap apabila dikembangkan dengan mudhita.
d.      Moha
Ialah kegelisahan batin sebagai akibat dari perbuatan dosa, lobha da issa. Akan lenyap apabila dikembangkan dengan upkheka. Moha berarti kebodohan dan kurangnya pengertian. Selain tu moha juga disebut  Avijja yaitu ketidaktahuan, atau Annana yaitu tidak berpengetahua, atau adassana yaitu tidak melihat.

E.     Hubungan Sila dan Catur Paramita

Sebagaimana yang telah dijelaskan tadi bahwa sila adalah etika dalam bersusila (beradab) yang di bangun atas dasar konsepsi cinta kasih yang universal, dan belas kasihan terhadap sesame. Konsep itu ada pada catur paramita yang tercetus pada pikiran, ucapan dan badan. Selain kita harus bersusila, kita juga dituntut untuk menuai kebahagiaan melalui catur paramita, yakni antara lain :

a.       Metta
Cinta kasih universal yang menjadi akar dari perbuatan baik. Bila ini di kembangkan dosa akan tertekan.

b.      Karuna
Kasih sayang universal, karena melihat segala sesuatu kesengsaraan, yang menjadi akar perbuatan baik. Bila ini dikembangkan lobha akan tertekan.
c.       Mudhita
Ialah perasaan bahagia universal, karena melihat makhluk lain bergembira, yang menjadi akar perbuatan baik. Jika ini dikembangkan maka issa akan tertekan.
d.      Upekha
Ialah keseimbangan batin universal, sebagai hasil dari pelaksanaan metta, mudhita, karina, dan upekha, juga merupakan akar dari perbuatan baik. Bila ini dikembangkan maka moha akan tertekan, bahkan akan lenyap.

                    Dalam metta dan karuna adalah termasuk cinta kasih, suka bermurah hati, toleransi dan sifat-sifat luhur lainnya dari sei emosi (perasaan) atau sifat-sifat yang timbul dari hati. Sedangkan panna berhubungan dengan intelek (kecerdasan) atau sifat-sifat yang timbul dari pemikiran.
            Inilah tujuan dari jalan kehidupan setiap umat Buddha yaitu dimana kebijaksanaan dan cinta kasih atau belaskasihan meruakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sila yang berdasarkan dari cinta kasih adalah meliputi tiga bagian dari delapan ruas jalan uta, yaitu :
·         Ucapan benar
·         Perbuatan benar
·         Mata pencarian benar